Bing Slamet adalah seniman serba-bisa, Bing dikenal sebagai
penyanyi, musisi, pelawak dan aktor film yang menyandang nama besar.
Sejak muda popularitas Bing sebagai penyanyi hampir sama akrabnya
dengan keahlian melawak. Pada era 1950-an hingga 1970-an Bing telah
menikmati kemasyhuran seorang bintang. Ia menjadi sosok yang
melegenda dalam dunia hiburan di Indonesia.
Lahir 27 September 1927 di Cilegon, Jawa Barat. Anak Rintrik Ahmad, seorang mantri pasar, ini tidak hanya pandai menyanyi tetapi juga tangkas memainkan gitar. Pada masa kanak-kanak ia pernah dijuluki Abdullah Kecil, Abdullah adalah nama seorang penyanyi tenar di zaman itu, Pada usia 12 tahun, ia mulai bernyanyi didepan umum dan berkelana dalam barisan Penghibur Divisi VI Brawijaya dan sempat menclok di RRI Malang. Di bawah bimbingan Sam Saimun Iskandar dan pemain keroncong terkenal M. Sagi bakat menyanyinya berkembang. Keelokan suaranya sering disejajarkan dengan suara pembimbingnya sendiri, Sam Saimun.
Selain menyanyi, Bing yang bersuara bariton juga seorang pencipta lagu yang cermat memilih tema dan halus menumpahkan perasaannya. Ia pandai merayu alam maupun manusia, tangkas bercanda dan mengajak orang bergembira. Beberapa lagu ciptaannya anatra lain “Murai Kasih”, “Hanya Semalam”, “Ayu Kesuma”, “Risau” dan “Belaian Sayang”. Kesukaannya pada irama meriah mendorongnya membentuk orkes Mambetarumpajo, singkatan Mambo, Beguin, Tanggo, Rumba. Passo-dobel dan Joged. Tak lama setelah itu ia bersama Idris Sardi, Enteng Tanamal dan Benny Mustafa membentuk grup Eka Sapta Band.
Meski Bing bersekolah di HIS Pasundan dan STM Penerbangan ia tidak mau menjadi insinyur atau dokter seperti keinginan ayahnya. Ia telah memilih dunia panggung, menyanyi dan melawak sebagai jalan hidupnya. Kecintaan Bing pada dunia hiburan menempatkannya sebagai sosok yang disegani di dunianya. Sejak kecil bakat melawak Bing telah muncul bersamaan dengan bakat menyanyinya. Pada masa awal 1950-an ia pernah membentuk grup lawak “Los Gilos” dengan Tjepot dan Udel yang secara tetap melawak di RRI. Pada tahun 1953, ia menjuarai lomba lawak nasional. Setahun kemudian ia menjuarai Bintang Radio jenis hiburan. Sejak ssat itu popularitasnya kian menanjak di panggung hiburan.
Bing Slamet juga pernah membentuk kelompok lawak Trio SAE bersama Eddy Sud dan Atmonadi pada tahun 1967. Kelompok ini bubar cepat. Setahun kemudian ia membentuk kelompok lawak Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak dan Eddy Sud yang mendominasi dunia pementasan era 1970-an. Dengan mengangkat peristiwa aktual sebagai tema lawakan, pertunjukkan Kwartet Jaya selalu dipadati penonton. Dengan gaya jenaka dan kekanak-kanakkan yang alamiah Bing Slamet Selalu tampil memukau.
Selain tampil melawak dipanggung, Bing juga merambah dunia film. Ia memulai kariernya sebagai bintang figuran dalam film “Menanti Kasih”, selanjutnya film “Di Simpang Djalan” tahun 1955, film “Pilihlah Aku” tahun 1956, film “Hari Libur””tahun 1958, film “Bing Slamet Tukang Betjak””tahun 1959, film “Amor dan Humor””tahun 1961, film “Bing Slamet Merantau””tahun 1962 dan film “Bunga Putih””tahun 1966. Bing Slamet juga mendirikan Safari Sinar Sakti Film dan memproduksi film komedi secara berseri dengan grup lawak Kwartet Jaya, seperti “Bing Slamet Setan Jalan””tahun 1972, “Bing Slamet Sibuk””tahun 1973, “Bing Slamet Dukun Palsu””tahun 1973 dan “Bing Slamet Koboi Cengeng””tahun 1974. Sebagai seorang aktor, Bing bekerja tanpa kenal lelah dan professional melakoni jalan hidupnya didunia film. Tanggung jawabnya mendorongnya bekerja tanpa kompromi, termasuk ketika sakit keras. Dalam film “Bing Slamet Koboi Cengeng”, meski menderita sakit lever ia masih berusaha berakting memikat pecintanya.
Pada tahun 1956, setelah merebut gelar Bintang Radio, Bing menikah dengan Ratna Komala Furi. Pasangan ini dikaruniai delapan anak, enam putra dan dua putri. Meski ia seorang bintang ia tidak terpukau dengan gemerlapnya dunia hiburan. Bing tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai seniman. Sebagai seniman serba-bisa Bing telah membuktikan pengabdian pada dunia hiburan. Sepanjang kariernya Bing pernah beberapa kali menjadi duta bangsa. Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan menjadikannya sosok yang selalu dikenang. Ia pandai membawa diri dan dikenal sebagai pribadi pemurah, baik dimata teman dan keluarganya.
Setelah bekerja keras dan menikmati pujian sebagai bintang panggung selama bertahun-tahun, Bing Slamet menyerah pada ganasnya penyakit lever yang dideritanya. Pada 17 Desember 1974, pukul 14.50 WIB, Bing menghembuskan nafas terakhir di rumah sahabatnya Eddy Sud di Jakarta. Dengan iringan isak tangis beribu-ribu orang mengantarkan Bing ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Bivak Jakarta.
Nama :
Achmad Syech Albar
Lahir :
Cilegon, Jawa Barat,
27 September 1927
Wafat :
Jakarta, 17 September 1974
Pendidikan :
HIS Pasundan,
STM Penerbangan
Profesi :
Musisi, Pelawak dan Aktor
Lagu :
Murai Kasih,
Hanya Semalam,
Ayu Kesuma,
Risau,
Belaian Sayang
Filmografi :
Menanti Kasih,
Di Simpang Djalan (1955),
Pilihlah Aku (1956),
Hari Libur (1958),
Bing Slamet Tukang Betjak (1959),
Amor dan Humor (1961),
Bing Slamet Merantau (1962),
Bunga Putih (1966),
Bing Slamet Setan Jalan (1972),
Bing Slamet Sibuk (1973),
Bing Slamet Dukun Palsu (1973),
Bing Slamet Koboi Cengeng (1974)
Penghargaan :
Bintang Radio (1956)
(Profil Maestro Indonesia)
Lahir 27 September 1927 di Cilegon, Jawa Barat. Anak Rintrik Ahmad, seorang mantri pasar, ini tidak hanya pandai menyanyi tetapi juga tangkas memainkan gitar. Pada masa kanak-kanak ia pernah dijuluki Abdullah Kecil, Abdullah adalah nama seorang penyanyi tenar di zaman itu, Pada usia 12 tahun, ia mulai bernyanyi didepan umum dan berkelana dalam barisan Penghibur Divisi VI Brawijaya dan sempat menclok di RRI Malang. Di bawah bimbingan Sam Saimun Iskandar dan pemain keroncong terkenal M. Sagi bakat menyanyinya berkembang. Keelokan suaranya sering disejajarkan dengan suara pembimbingnya sendiri, Sam Saimun.
Selain menyanyi, Bing yang bersuara bariton juga seorang pencipta lagu yang cermat memilih tema dan halus menumpahkan perasaannya. Ia pandai merayu alam maupun manusia, tangkas bercanda dan mengajak orang bergembira. Beberapa lagu ciptaannya anatra lain “Murai Kasih”, “Hanya Semalam”, “Ayu Kesuma”, “Risau” dan “Belaian Sayang”. Kesukaannya pada irama meriah mendorongnya membentuk orkes Mambetarumpajo, singkatan Mambo, Beguin, Tanggo, Rumba. Passo-dobel dan Joged. Tak lama setelah itu ia bersama Idris Sardi, Enteng Tanamal dan Benny Mustafa membentuk grup Eka Sapta Band.
Meski Bing bersekolah di HIS Pasundan dan STM Penerbangan ia tidak mau menjadi insinyur atau dokter seperti keinginan ayahnya. Ia telah memilih dunia panggung, menyanyi dan melawak sebagai jalan hidupnya. Kecintaan Bing pada dunia hiburan menempatkannya sebagai sosok yang disegani di dunianya. Sejak kecil bakat melawak Bing telah muncul bersamaan dengan bakat menyanyinya. Pada masa awal 1950-an ia pernah membentuk grup lawak “Los Gilos” dengan Tjepot dan Udel yang secara tetap melawak di RRI. Pada tahun 1953, ia menjuarai lomba lawak nasional. Setahun kemudian ia menjuarai Bintang Radio jenis hiburan. Sejak ssat itu popularitasnya kian menanjak di panggung hiburan.
Bing Slamet juga pernah membentuk kelompok lawak Trio SAE bersama Eddy Sud dan Atmonadi pada tahun 1967. Kelompok ini bubar cepat. Setahun kemudian ia membentuk kelompok lawak Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak dan Eddy Sud yang mendominasi dunia pementasan era 1970-an. Dengan mengangkat peristiwa aktual sebagai tema lawakan, pertunjukkan Kwartet Jaya selalu dipadati penonton. Dengan gaya jenaka dan kekanak-kanakkan yang alamiah Bing Slamet Selalu tampil memukau.
Selain tampil melawak dipanggung, Bing juga merambah dunia film. Ia memulai kariernya sebagai bintang figuran dalam film “Menanti Kasih”, selanjutnya film “Di Simpang Djalan” tahun 1955, film “Pilihlah Aku” tahun 1956, film “Hari Libur””tahun 1958, film “Bing Slamet Tukang Betjak””tahun 1959, film “Amor dan Humor””tahun 1961, film “Bing Slamet Merantau””tahun 1962 dan film “Bunga Putih””tahun 1966. Bing Slamet juga mendirikan Safari Sinar Sakti Film dan memproduksi film komedi secara berseri dengan grup lawak Kwartet Jaya, seperti “Bing Slamet Setan Jalan””tahun 1972, “Bing Slamet Sibuk””tahun 1973, “Bing Slamet Dukun Palsu””tahun 1973 dan “Bing Slamet Koboi Cengeng””tahun 1974. Sebagai seorang aktor, Bing bekerja tanpa kenal lelah dan professional melakoni jalan hidupnya didunia film. Tanggung jawabnya mendorongnya bekerja tanpa kompromi, termasuk ketika sakit keras. Dalam film “Bing Slamet Koboi Cengeng”, meski menderita sakit lever ia masih berusaha berakting memikat pecintanya.
Pada tahun 1956, setelah merebut gelar Bintang Radio, Bing menikah dengan Ratna Komala Furi. Pasangan ini dikaruniai delapan anak, enam putra dan dua putri. Meski ia seorang bintang ia tidak terpukau dengan gemerlapnya dunia hiburan. Bing tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai seniman. Sebagai seniman serba-bisa Bing telah membuktikan pengabdian pada dunia hiburan. Sepanjang kariernya Bing pernah beberapa kali menjadi duta bangsa. Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan menjadikannya sosok yang selalu dikenang. Ia pandai membawa diri dan dikenal sebagai pribadi pemurah, baik dimata teman dan keluarganya.
Setelah bekerja keras dan menikmati pujian sebagai bintang panggung selama bertahun-tahun, Bing Slamet menyerah pada ganasnya penyakit lever yang dideritanya. Pada 17 Desember 1974, pukul 14.50 WIB, Bing menghembuskan nafas terakhir di rumah sahabatnya Eddy Sud di Jakarta. Dengan iringan isak tangis beribu-ribu orang mengantarkan Bing ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Bivak Jakarta.
Nama :
Achmad Syech Albar
Lahir :
Cilegon, Jawa Barat,
27 September 1927
Wafat :
Jakarta, 17 September 1974
Pendidikan :
HIS Pasundan,
STM Penerbangan
Profesi :
Musisi, Pelawak dan Aktor
Lagu :
Murai Kasih,
Hanya Semalam,
Ayu Kesuma,
Risau,
Belaian Sayang
Filmografi :
Menanti Kasih,
Di Simpang Djalan (1955),
Pilihlah Aku (1956),
Hari Libur (1958),
Bing Slamet Tukang Betjak (1959),
Amor dan Humor (1961),
Bing Slamet Merantau (1962),
Bunga Putih (1966),
Bing Slamet Setan Jalan (1972),
Bing Slamet Sibuk (1973),
Bing Slamet Dukun Palsu (1973),
Bing Slamet Koboi Cengeng (1974)
Penghargaan :
Bintang Radio (1956)
(Profil Maestro Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar