Blogroll

SEMUA ORANG BOLEH BEREKSPRESI

Senin, 21 Mei 2012

PENCEMARAN UDARA


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Indonesia merupakan negara kepulauan dikelilingi lautan dan terletak di daerah katulistiwa, sehingga menyebabkan angin bertiup sepanjang tahun dengan kecepatan yang relatif stabil. Hal ini sangat menguntungkan, mengingat iklim dan kecepatan angin menentukan derajat pencemaran udara di suatu tempat.
            Udara merupakan komponen kehidupan dan perikehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan.
            Ada beberapa alasan mengapa pencemaran udara menjadi masalah yang perlu diperhatikan yaitu:
a.       pencemaran melalui udara dapat berjalan dengan cepat dan menyebar secara luas bahkan dapat bersifat global
b.      manusia tidak mempunyai daya pilih terhadap bahan-bahan berbahaya yang ada di udara, artinya pada saat bernafas semua zat-zat yang ada di udara dapat masuk ke dalam saluran pernapasan.
c.       Saluran pernapasan mempunyai bidang permukaan yang sangat luas yang dapat kontak dengan bahan pencemar sehingga dosis pemaparannya begitu besar.
Demikian pentingnya membahas mengenai masalah pencemaran udara, maka penulis menyusun makalah berjudul ”Pencemaran Udara dan Upaya Penanggulangannya”.

B. Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang diatas dapat rumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.      Apa definisi pencemaran udara?
2.      Bagaimana kondisi kebersihan udara saat ini?
3.      Apa penyebab terjadinya pencemaran udara?
4.      Apa dampak terjadinya pencemaran udara?
5.      Apa solusi untuk mengurangi dampak pencemaran udara?

C. Tujuan
            Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Definisi pencemaran udara.
2.      Kondisi kebersihan udara saat ini.
3.      Penyebab terjadinya pencemaran udara.
4.      Dampak terjadinya pencemaran udara.
5.      Solusi untuk mengurangi dampak pencemaran udara.

PEMBAHASAN

A. Definisi Pencemaran Udara
Sebelum mendefinisikan pencemaran udara, hendaknya diketahui terlebih dahulu mengenai definisi pencemaran (lingkungan). Pencemaran lingkungan terjadi apabila dalam lingkungan tersebut, baik bersifat fisik, biotik, maupun sosial terdapat bahan tertentu dengan konsentrasi yang sedemikian rupa sehingga melebihi ambang batas yang normal. Bahan-bahan tersebut justru dihasilkan dari proses aktifitas kehidupan manusia itu sendiri yang akhirnya dapat mengancam eksistensinya di dunia, dan diidentifikasi sebagai bahan pencemar atau polutan (Kabinawa, 1991).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan adalah “masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”. Dengan demikian konsep pencemaran lingkungan tidak terbatas hanya pada bahan yang bersifat material saja, tetapi juga bentuk tingkah laku manusia dapat dikategorikan sebagai bahan pencemar selama tingkah laku tersebut dapat menyebabkan proses kehancuran terhadap eksistensi manusia itu sendiri.
Dari uraian definisi pencemaran lingkungan diatas, pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai ”masuknya atau terdapatnya zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain kedalam udara sehingga menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas udara sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya”. Atau dengan kata lain pencemaran udara dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Sudrajat (2005) mendefinisikan pencemaran udara sebagai masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Jenis-jenis Pencemaran Udara
Menurut asalnya, pencemaran udara  dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
a. Pencemaran Udara Alami
Adalah : Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses-
proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam
dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non- Alami
Adalah : Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya
tanpa disadari dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas beracun, asap,
partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan
buangan nuklir.

B. Kondisi udara saat ini
            Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup melalui Air Quality Monitoring Station (AQMS), dari sepuluh kota besar di Indonesia, enam di antaranya yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekanbaru hanya memiliki udara berkategori baik selama 22 sampai 62 hari dalam setahun atau tidak lebih dari 17%. Di Pontianak dan Palangkaraya penduduk harus menghirup udara dengan kategori berbahaya masing-masing selama 88 dan 22 hari. Khusus Jakarta, dari data AQMS menunjukkan, kualitas udara kategori baik di Jakarta selama 2001 hanya 75 hari. Pada 2002 angka itu menurun menjadi 22 hari dan pada 2003 sebanyak 26 hari. Sementara pada 2004 warga Jakarta hanya menikmati udara dengan kategori baik selama 18 hari dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan hasil pemantauan alat monitoring udara ambien. Sedangkan data dari sejumlah kota besar yang lain pasokan udara bersih tidak lebih dari 60 hari per tahun.           
Profil kesehatan DKI Jakarta 2004 menunjukkan bahwa sekitar 46% penyakit gangguan pernapasan terkait dengan pencemaran udara (ISPA 43%, iritasi mata 1,7% dan asma 1,4%), dan sekitar 32% kematian kemungkinan terkait dengan pencemaran udara (penyakit jantung dan paru-paru 28,3% dan pneumonia 3,7%) Di tahun yang sama di Yogyakarta (Profil Kesehatan Yogyakarta 2004), sebanyak 32% penyakit ganggugan pernapasan terkait dengan pencemaran udara (ISPA 22%, gangguan pernapsan lain 7,7%, dan asma 2,2%). Kecenderungan yang sama terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan juga terlihat pada data di kota-kota besar lain, seperti Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar. Menurut Bank Dunia, estimasi kerugian yang diakibatkan oleh pencemaran udara di Indonesia sebesar US$ 400 miliar setahun. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) kerugian tersebut belum termasuk kematian dini dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh PM10 dan SO2 (World Bank, 2003) Perkiraan kerugian ekonomi yang ditimbulkan pencemaran udara SO2 terhadap kesehatan adalah senilai Rp. 92.157.163 pada tahun 2001.
            Kegiatan industri adalah konsumen bahan bakar kedua terbesar di Indonesia. Sumber pencemar yang dikeluarkan dari kegiatn industri terutama: SO2 dan NO2. Pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan periode tahun 2004 – 2005 menunjukkan ada beberapa perusahaan seperti industri besi dan baja (peleburan), industri semen dan industri pulp dan kertas yang telah melakukan kewajiban yang dipersyaratkan dalam peraturan pengendalian pencemaran udara dan melakukan perubahan-perubahan dalam sistem pengendalian pencemaran udara.

C. Penyebab Pencemaran Udara
Perkembangan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup
disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yakni :
a. karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
1. debu yang berterbangan akibat tiupan angin.
2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas
             vulkanik.
3. Proses pembusukan sampah organik, dll.
b. karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
1. hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2. debu / serbuk dari kegiatan industri.
3. pembakaran zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
4. transportasi
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun  terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta.  Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.



Pencemaran udara dari asap knalpot bus kota di Jakarta, 1996.
 [TEMPO/ Bodi CH; R1A/473/96; 20010221].          
 Berikut adalah diagram presentase sumber pencemaran udara:
Sumber: Anonim, tanpa tahun
Sementara itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 15% per tahun sehingga pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 2,8 juta kendaraan. Seiring dengan laju pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke udara (Anonim 2006).
            Pencemaran pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan suatu campuran
dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau zat yang
masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan
geografi dan meteorology setempat (Pohan, tanpa tahun)
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak
berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-banar bersih
sudah sulit diperoleh, terutama dikota-kota besar yang banyak industrinya dan
padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.
Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya
dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.
Sebenarnya secara alamiah, udara/ atmosfer mempunyai kemampuan
mengatur dan mengendalikan diri terhadap masuknya setiap zat pencemar ke
dalamnya. Karena secara alami udara / atmosfer mempunyai keterbatasan dalam
menerima pencemaran udara, maka kelebihan zat pencemar memungkinkan
terjadinya dampak negatif terhadap kualitas dan karekteristik udara / atmosfer.
Selanjutnya akan merubah tingkat laku udara / atmosfer yang memungkinkan
terjadinya perubahan iklim lokal maupun global.


Pencemaran udara dengan asap sisa pembakaran di Jakarta.
Sumber: Suban, 2007




Ada beberapa hal yang sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara. Hal-hal tersebut adalah:
-         Zat pencemar udara
-         Hujan Asam
-         Penipisan lubang Ozon
-         Perubahan iklim dan pemanasan global
1. Zat Pencemar Udara
Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Belerang oksida (SOx)
4. Hidrokarbon
5. Partikulat
a. Emisi Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawa
-129oC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan.
Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara
umum terbentuk gas CO adalah melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil.
2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon C
yang menghasilkan gas CO.
3. Pad suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk
daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat,
udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota
atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka
dimana belum ada bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal
ini disebabkan mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO
yang terdapat diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu
tempat karena perpindahan ke tempat lain.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini [5]. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NOadalah berwarna dan berbau, sedangakn gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung.
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih
tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena
berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah
kadar NOx diudara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:
  1. Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
    Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO + NO2).
  2. Prompt NOx
    Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
  3. Fuel NOx
    NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
3. Belerang Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2
dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah
bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4.
Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses
kimiawi lainnya.Konsentrasi gas SOdiudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia(tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri
seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas Sox diudara meningkat. Reaksi antara gas Sox denagn uap air yang terdapat diudara akan membentuk asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negar industri,hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karean sifatnyayang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan lingkunagn semakin parah.
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahna bakar, penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorology dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyakindustri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.
              Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
d. Emisi HydroCarbon (HC)
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
4. Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama denagn bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit
sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian
yang lebih luas, dalam kaitan dengan masalah pencemaraan lingkungan, pencemar
partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana
sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan
bentuk pencemaran udara.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan juga
dapat berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik. Pencemaran partikel yang bersaal dari alam contohnya adalah :
1. Debu tanah / pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibatletusan gunung
berapi.
3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Partikel yang berasal dari alam sering kali dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat kenyamanan hidup maka hal tersebut dianggap sebagai musibah bencana alam. Pencemaran partikel yang berasal dari alam yang pernah tercatat sebagai suatu
kejadiaan yang hebat adalah pencemaran partikel akibat letusan gunung Krakatau
pada tahun 1885. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar akibat letusan
gunung Krakatau, tidak hanya jatuh disekitar selat Sunda (Jawa Barat dan Lampung) saja, namun sempat melayang diatmosfer mengelilingi dunia dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya jatuh di daratan Eropa. Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, adalah pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pemcemar diudara sebelum jatuh ke bumi.
Waktu hidup partikel berkisar anatra beberapa detik sampai beberapa bulan.
Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa
jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah
“mati” karena jatuh mengendap dibumi, dapat “hidup” kembali apabila tertiup oleh angin kencang dan melayang-layang lagi diudara. Sumber pencemaran partikel akibat ulah manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat stransportasi.

2. Hujan Asam
Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfer ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfer ke bumi bukan hanya dalam kondisi "basah" tetapi juga "kering". Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi (penurunan/pengendapan) basah dan deposisi kering.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Ketika hujan asam ini mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity (kemampuan air atau tanah untuk menahan perubahan pH), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena.
Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfer jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah an pohon. Ketika hujan turun, partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. 
Angin dapat membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan negara sampai ratusan kilometer.  Menurut para ahli, bahwa SO2 dan NOx merupakan penyebab utama hujan asam. Hujan asam terjadi ketika gas-gas tersebut di atmosfer bereaksi dengan air, oksigen, dan berbagai zat kimia yang mengandung asam. Sinar matahari meningkatkan kecepatan reaksi mereka. Hasilnya adalah larutan Asam Sulfat dan Asam Nitrat (konsentrasi rendah).
Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Air murni menunjukkan pH 7,0 air asam memiliki pH kurang dari 7 (dari 0-7), dan air basa menunjukkan ph lebih dari 7 (dari 7-14). Air hujan normal memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena karbon dioksida (CO2) dan air bereaksi membentuk carbonic acid (asam lemah). Jika air hujan memiliki pH dibawah 5,6 maka dianggap sudah tercemari oleh gas mengandung asam di atmosfer. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0. Makin rendah pH air hujan tersebut, makin berat dampaknya bagi mahluk hidup.

3. Penipisan Lubang Ozon
Ozon di lapisan atas (lapisan stratosfer), terbentuk secara alami, dan melindungi bumi. Namun zat kimia buatan manusia telah merusak lapisan tersebut, sehingga menimbulkan penipisan lapisan ozon. 
Zat kimia itu dikenal dengan ODS (ozone-depleting substances), diantaranya chlorofluorocarbons (CFCs), hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl bromide, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Zat perusak ozon tersebut sebagian masih digunakan sebagai bahan pendingin (coolants), foaming agents, pemadam kebakaran (fire extinguishers), pelarut (solvents), pestisida (pesticides), dan aerosol propellants.
Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon (CFC) mengandung klorin (chlorine), florin (fluorine) dan karbon (carbon). CFC ini merupakan aktor utama penipisan lapisan ozon. CFCs sangat stabil di troposfer. CFCs yang paling umum adalah CFC-11, CFC-12, CFC-113, CFC-114, dan CFC-115. Potensi merusak ozon dari CFC tersebut secara berurutan adalah 1, 1, 0.8, 1, dan 0.6.
Di udara, zat ODS tersebut terdegradasi dengan sangat lambat. Bentuk utuh mereka dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan mereka bergerak melampaui troposfer dan mencapai stratosfer. Di stratosfer, akibat intensitas sinar ultraviolet matahari, mereka pecah, dan melepaskan molekul chlorine dan bromine, yang dapat merusak lapisan ozon. Para peneliti memperkirakan satu atom chlorine dapat merusak 100.000 molekul ozon.
Walaupun saat ini zat kimia perusak lapisan ozon telah dikurangi atau dihilangkan penggunaannya, namun penggunaannya di waktu yang lampau masih dapat berdampak pada perusakan lapisan ozon. Penipisan lapisan ozon dapat diteliti dengan menggunakan satelit pengukuran, terutama di atas kutub bumi. 
Penipisan lapisan ozon pelindung akan meningkatkan jumlah radiasi matahari ke bumi yang dapat menyebabkan banyak kasus kanker kulit, katarak, dan pelemahan sistem daya tahan tubuh. Terkena UV berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan penyakit melanoma, kanker kulit yang fatal. Menurut US EPA, sejak 1990, resiko terkena melanoma telah berlipat dua kali.
Ultraviolet dapat juga merusak tanaman sensitif, seperti kacang kedelai, dan mengurangi hasil panen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton di laut, yang merupakan basis rantai makanan di laut, telah mengalami tekanan akibat ultraviolet. Tekanan ini dapat berdampak pada manusia berupa terpengaruhinya pasokan makanan dari laut. 
Isu penipisan lubang ozon telah dijadikan isu internasional  oleh Badan PBB untuk Lingkungan Hidup,  United Nations Environment Programme (UNEP), sejak tahun 1987. Sebuah protokol konvensi, dikenal dengan Montreal Protocol, mengajak negara yang telah menandatangani konvensi tersebut untuk menghapus produksi CFC secara bertahap pada 1 Januari 1996. Jika upaya ini berhasil maka lapisan ozon akan kembali normal pada tahun 2050.

4. Perubahan iklim dan pemanasan global
            Dari definisi pencemaran telah diketahui bahwa yang termasuk pencemaran adalah terdapatnya suatu zat/molekul atau makhluk hidup dalam jumlah yang berlebih sehingga merubah fungsi asal lingkungan (udara). Pemanasan global terjadi akibat jumlah gas-gas tertentu yang berlebih dalam atmosfir. Gas-gas tersebut antara lain: CO2, CO, NO2, O3, CFC, dan lain sebagainya. Dalam jumlah normal gas-gas tersebut berfungsi menjaga suhu bumi pada malam hari agar tidak terlalu dingin dengan mencegah pemantulan kembali sinar matahari, namun ketika berada dalam jumlah yang berlebih, gas-gas tersebut menghalangi pemantulan sinar matahari dalam kadar yang banyak sehingga meningkatkan suhu bumi. Jadi dapat disimpulkan pemanasan global merupakan salah satu dampak terjadinya pencemaran udara.
D. Dampak Pencemaran Udara
Berdasarkan studi Bank Dunia tahun 1994, pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita seluruh Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia.Jakarta sendiri adalah kota dengan kualitas terburuk ketiga di dunia. 
Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar dibandingkan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI. Diperkirakan nilai sosial setiap tahun yang harus ditanggung akibat pencemaran timbal ini sebesar 106 juta Dollar USA atau sekitar 850 miliar rupiah.
Pencemaran udara menimbulkan kerugian berantai. Berdasarkan kajian diatas, masyarakat kota Jakarta harus menanggung kerugian sekitar US$ 180 juta setiap tahun akibat polusi udara. Biaya tersebut diprediksikan akan meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang. Kerugian lainnya adalah kehilangan pendapatan karena warga kota tidak dapat bekerja karena sakit. Untuk itu sangat penting untuk mengelola udara bersih agar dampak dari pencemaran udara tersebut diatas dapat di cegah maupun ditanggulangi. Pencemaran udara diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat. Jumlah kendaraan bermotor pada akhir tahun 2006 adalah sekitar 54 juta dimana dengan laju pertumbuhannya maka diperkirakan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 280 juta. Dengan jumlah tersebut maka sulit dibayangkan dampak pencemaran udara pada kesehatan pada masyarakat di perkotaan yang akan terjadi. Kondisi pencemaran udara saat ini juga diperparah dengan terjadinya fenomena pemanasan global yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) yang semakin meningkat setiap tahunnya. Disamping itu penurunan kualitas udara juga dialami oleh adanya asap kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau dimana telah menimbulkan korban jiwa dan materi yang cukup besar.
            Berikut disajikan tabel yang memuat dampak-dampak terjadinya pencemaran udara. Tabel 1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain diketahui bahwa dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori sangat tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].


Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Kategori
Rentang
Karbon monoksida (CO)
Nitrogen (NO2)
Ozon (O3)
Sulfur dioksida (SO2)
Partikulat
Baik
0-50
Tidak ada efek
Sedikit berbau
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 (Selama 4 Jam)
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam)
Tidak ada efek
Sedang
51 - 100
Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi
Berbau
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan
Terjadi penurunan pada jarak pandang
Tidak Sehat
101 - 199
Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung
Bau dan kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma
Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras
Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman
Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di mana-mana
Sangat Tidak Sehat
200-299
Meningkatnya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata
Meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronchitis
Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis
Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis
Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis
Berbahaya
300 - lebih
Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Sumber: Bapedal [1]


Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar
Sumber
Keterangan
Karbon monoksida (CO)
Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri
Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
Sulfur dioksida (S02)
Panas dan fasilitas pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)
Partikulat Matter
Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri
Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3
Nitrogen dioksida (N02)
Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas
Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam
Ozon (03)
Terbentuk di atmosfir
Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam
Sumber: Bapedal [2]

Tabel tersebut memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

E. Usaha Penangulangan Dampak Pencemaran Udara
Karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas
dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran
lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama , yakni :


1. Penanggulangan Secara Non-teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran istilah penanggulangan secara non-teknis, adalah suatu usaha untuk mengurangi
dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam
bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan
dilaksanakan disuatu tempat yang antara lain meliputi :
- Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
- Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
- Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
- Menanamkan Perilaku Disiplin
2. Penanggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara teknis. Adapun kriteria yang digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut:
- Mengutamakan keselamatan lingkungan
- Teknologinya telah dikuasai dengan baik
- Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawakan
Berdasarkan kriteria tersebut diatas diperoleh beberapa cara dalam hal penanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :
- Mengubah proses
- Menggantikan sumber energi
- Mengelola limbah
- Menambah alat bantu
Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut diatas dapat berdiri
sendiri-sendiri, atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan secara bersam-sama, tergantung kepada kajian dan kenyataan yang sebenarnya.
Jadi secara garis besar,pencemaran udara dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut :
- Untuk mengurangi pencemaran udara dari gas CO, para ahli motor dan industri
merancang katalis yang disebut Catalytik Converter yang digunakan pada
cerobong asap (knalpot), yang berfungsi mengubah CO dan NO menjadi gas     yang tidak beracun.
- Mengurangi Konsentrasi CO2 diatmosfer, berdasarkan siklus CO2 dan O2, maka
diperlukan pelaksanaan pengelolahan hutan dengan system tebang tanam,
memperluas hutan konservasi, penghijauan pegunungan gundul, gerakan
menanam pohon belakang rumah dan memperbanyak taman kota.
- Menggunakan bahan bakar anti polusi, misalnya kendaraan dengan tenaga listrik
dari surya atau bahan bakar dari jenis alkohol.
            Selain usaha-usaha yang telah diuraikan diatas, masih terdapat banyak usaha alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran udara. Beberapa usaha yang terkait dengan kendaraan bermotor yang memberikan kontribusi sangat besar dalam pencemaran udara yaitu antara lain:
Larangan Masuk.
 Pada tahun 1977 Buenos Aires melarang kendaraan pribadi memasuki jalan-jalan pusat keramaian kota dari pukul 10 pagi sampai 7 malam pada hari-hari kerja. Bus dan taksi diperbolehkan hanya pada beberapa jalan tertentu. Larangan ini mengatasi kepadatan lalu lintas dan pencemaran udara yang disebabkan oleh satu juta orang yang memadati pusat kota Buenos Aires setiap hari kerja.
Pada awalnya barikade polisi digunakan untuk melaksanakan larangan ini, saat ini rambu-rambu kecil yang menjelaskan kebijaksanaan ini sudah memadai.
Larangan bagi mobil secara sebagian atau total sudah pula diberlakukan di sebagian besar kota besar Italia, termasuk Roma, Florensia, Napoli, Bologna, dan Genoa dan di kota-kota kecil. Dari pukul 7.30 pagi sampai 7.30 malam, hanya bus, taksi, kendaraan pengirim barang, dan mobil-mobil pemilik rumah di daerah itu yang boleh memasuki daerah pusat Roma dan Florensia. Larangan serupa juga diberlakukan di Athena, Amsterdam, Barcelona, Budapest, Kota Mekiko, dan Munich. Dalam waktu sepuluh tahun mendatang Bordeaux, Prancis, berniat menghapus kendaraan bermotor dari separo jalan-jalan di kota ini, dan memberikan jalan-jalan itu pada para pejalan kaki dan pengendara sepeda.


Larangan Parkir.
Larangan parkir membatasi jumlah mobil yang boleh parkir di suatu daerah, tapi tidak berpengaruh apapun pada jumlah mobil yang boleh lewat. Salah satu cara untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh berlimpahnya kendaraan adalah sama sekali melarang semua kendaraan memasuki pusat-pusat kota. "Zona bebas mobil", sebagai suatu cara untuk mengurangi pencemaran udara, menggalakkan pariwisata, dan meningkatkan kualitas kehidupan, akhir-akhir ini semakin populer di Eropa. Pengalaman yang terjadi di AS lebih terbatas; zona pembatasan mobil biasanya hanya berlaku pada daerah pariwisata atau pertokoan kecil, dan hanya berdampak kecil pada pola transportasi kota secara keseluruhan.
"Sel" Lalu Lintas.
Gothenburg, Swedia, membagi pusat kotanya menjadi lima sektor berbentuk "pastel" pada 1970 sebagai suatu cara untuk membatasi lalu lintas yang lewat dan menggalakkan transportasi umum. Kendaraan darurat, angkutan lokal masal, sepeda dan moped dapat melintas dari satu zona ke zona lain, tapi mobil tidak dapat. Berkurangnya kepadatan di pusat kota Gothenburg telah menimbulkan layanan transit yang lebih baik dan tingkat kecelakaan yang lebih rendah. Pendekatan yang disebut "sel lalu lintas" ini, yang berasal dari Bremen, Jerman, juga digunakan di Groningen, Belanda, dan Besancon, Prancis.
Hari Tanpa Mengemudi.
Pada akhir 1991, Roma, Milano, Napoli, Turino, dan tujuh kota lain di Italia mencanangkan "perang" terhadap pencemaran dengan cara membatasi jumlah mobil di jalan. Dalam peraturan ini, mobil berplat nomor ganjil dilarang berjalan di satu hari, sedang mobil berplat nomor genap dilarang berjalan hari berikutnya. Banyak pengemudi yang merasa jengkel dengan adanya kekangan dan larangan atas hak mereka untuk mengemudi, lalu mengabaikan aturan genap-ganjil ini. Dalam satu hari saja di bulan Desember, para polisi lalu lintas mencatat 12. 983 pelanggaran, menilang para pelanggar aturan yang mengemudi di hari yang salah, atau yang mengubah plat nomor kendaraan mereka. Namun demikian, dengan penggalakan peraturan secara keras, menteri lingkungan hidup Italia yakin larangan mengemudi berseling hari itu dapat mengurangi polusi sebesar 20 sampai 30 persen.
Pemerintah kota Los Angeles, California, telah mempunyai peraturan yang mirip dengan yang di Italia. Malahan telah pula disusun suatu rencana kontroversial untuk membantu memenuhi standar Undang-undang Udara Bersih yang baru. Mulai tahun 2000, "hari-hari tanpa mengemudi" akan diberlakukan di Los Angeles sebagai jalan keluar terakhir untuk menurunkan kadar ozon dan karbon monoksida. Jika rencana ini dijalankan, maka setiap pengemudi harus meninggalkan kendaraan mereka di rumah satu hari setiap minggu, bergantung pada plat nomor kendaraan mereka.
Bersepeda.
 Sebagai bentuk transportasi yang paling lazim di dunia, bersepeda kini mulai "naik daun", sejalan dengan usaha pemerintah beberapa negara untuk menggalakkan bersepeda melalui program khusus. Jumlah sepeda di planet ini lebih dari 800 juta, hampir dua kali jumlah kendaraan umum, tetapi untuk lebih menggalakkan kegiatan bersepeda, negara-negara seperti Belanda, Denmark, Belgia, dan Jerman mengembangkan jaringan jalan untuk sepeda, masing-masing dengan hak guna jalan yang terpisah dari jalan mobil. Tempat parkir yang terpisah, persewaan sepeda dengan uang jaminan yang akan dikembalikan, bahkan garasi khusus sepeda, semuanya diusahakan untuk lebih menggalakkan kegiatan bersepeda. Program semacam itu mempunyai dampak amat besar terhadap cara orang melihat pilihan yang mereka miliki untuk sarana transportasi. Misalnya, kegiatan bersepeda di Erlangen, Jerman, meningkat dua kali lipat setelah jalan sepeda sepanjang 160 km selesai dibangun. Banyak kota di Cina memiliki jalan sepeda selebar lima atau enam jalur. Sesungguhnyalah, sepeda amat penting di Cina, dan pemantauan lalu lintas di kota Tianjin telah mendata lebih dari 50.000 sepeda melintas di satu persimpangan jalan dalam waktu satu jam.
Jam Kerja Lentur.
Selama Olimpiade Musim Panas tahun 1984, Los Angeles menggilir jam kerja, dan dengan demikian menurunkan pencemaran udara ke titik terendah selama beberapa waktu terakhir ini. Sekarang banyak kota mencari jalan untuk menghambat pencemaran udara dengan cara memulai jam kerja atau sekolah satu atau dua jam lebih awal, atau dengan mengakhirinya lebih awal, dan dengan demikian mengurangi kepadatan lalu lintas. Kota-kota lain mengusulkan empat hari kerja seminggu sebagai cara lain mengurangi kemacetan lalu lintas. Misalnya di kantor PU Los Angeles para karyawan bekerja 10 jam sehari dari Senin sampai Kamis. Pada hari Jumat seluruh gedung ditutup, dan hal ini tidak saja mengurangi asap kabut dan kemacetan, tapi juga menghemat biaya operasi 1,7 juta dollar AS setahun.
Kerja Jarak Jauh (Telecommuting).
 Suatu strategi lain, yaitu cara "kerja jarak jauh", atau mengizinkan karyawan bekerja di rumah dengan menggunakan telepon dan komputer, akan mengurangi biaya tambahan kantor dan sekaligus menghemat waktu dan uang para karyawan. Para pegawai di Los Angeles berharap akan mengurangi 3 juta perjalanan ke tempat kerja dengan adanya program kerja di rumah dan kerja jarak jauh. Pusat Penelitian Masa Depan meramalkan bahwa lima juta orang Amerika memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan komputer dan dapat dikerjakan di rumah menjelang tahun 1993. Dan dari suatu studi yang dilakukan oleh Asosiasi Pemerintahan California Selatan ditemukan bahwa jika satu dari delapan karyawan memilih untuk bekerja di rumah, atau di stasiun kerja "satelit" yang dihubungkan secara elektronis dengan kantor pusat, maka kemacetan lalu lintas di jalan-jalan raya daerah tersebut dapat dikurangi hampir sepertiganya.
Pemeriksaan dan Pemeliharaan.
Program pemeriksaan dan pemeliharaan kendaraan yang dilaksanakan secara keras untuk memastikan kepatuhan masyarakat merupakan suatu pelengkap yang penting dalam penetapan standar emisi. Pengotak-atikan dan pemeliharaan yang buruk dapat dengan cepat membuat pengendalian emisi menjadi tidak efektif. Usia juga cenderung menurunkan kinerja perangkat polusi. Karena itu program untuk menghapus kendaraan tua dari jalan dengan menawarkan suatu imbalan mungkin dapat sangat mengurangi emisi kendaraan.
Pembangkit Tenaga Listrik
Pusat pembangkit tenaga listrik sudah lama dianggap mahal dan sulit dikendalikan oleh banyak negara, dan kini semakin sering menjadi sasaran bagi teknologi dan praktek-praktek baru, dan dengan alasan yang baik pula: Karena di samping kendaraan bermotor, fasilitas ini merupakan sumber terbesar pencemaran udara. Di AS misalnya, pembangkit tenaga listrik mengeluarkan hampir dua pertiga dari seluruh sulfur dioksida, dan hampir sepertiga dari seluruh oksida nitrogen. Walaupun ada data tentang polutan-polutan lain, namun data itu hampir pasti juga berlaku bagi emisi-emisi lain, terutama partikulat dan logam berat, dan secara tidak langsung ozon. Penggunaan listrik mungkin sekali akan terus meningkat secara global, karena permintaan akan listrik meningkat sebanyak 10 persen tiap tahun di beberapa negara, dan itu berarti suatu penggandaan konsumsi setiap kira-kira tujuh tahun.
Dampak dari polusi sebanyak itu sulit diketahui karena banyak pembangkit tenaga listrik kini membuat "tall stacks" cerobong asap yang bisa mencapai tinggi 396 meter dengan maksud menebarkan pencemarannya seluas ratusan kilometer persegi. Hasilnya adalah penurunan mutu udara yang meluas dan sulit diukur di suatu daerah yang luas, dan itu mempersulit penyusunan hubungan sebab-akibat antara pencemaran udara dan penyakit manusia. Akan tetapi, studi besar-besaran yang dibiayai pemerintah (antara lain satu studi di AS memakan biaya 600 juta dollar selama 10 tahun) telah dengan jelas menghubungkan polusi pembangkit tenaga dengan kerusakan lingkungan yang meluas sungai-sungai dan danau-danau asam, selain hutan-hutan yang hampir mati, misalnya. Studi kesehatan baru-baru ini, yang juga mengambil data dari populasi yang luas, telah mulai menarik hubungan antara pencemaran udara dan kematian manusia yang mulai menunjukkan bahwa di AS saja pencemaran zat-zat partikulat menyebabkan lebih dari 50.000 orang meninggal tiap tahun.
Jadi pemerintah beberapa negara pada 1990-an mulai memusatkan perhatian pada pusat pembangkit tenaga listrik sebagai sumber pencemaran udara yang relatif mudah dikendalikan, sebagaimana pandangan pemerintah pada 1970 dan 1980-an terhadap kendaraan bermotor.
Seperti halnya dengan mobil, truk dan bus, cara untuk mengendalikan pencemaran udara dari sumber pembangkit tenaga berkisar dari bahan bakar baru batubara yang lebih rendah kadar sulfurnya, misalnya sampai teknologi seperti "penggosok" cerobong asap, yang mengurangi emisi sulfur dioksida penyebab utama hujan asam sampai 90 persen atau lebih. Sekali lagi, sebagaimana teknologi baru menjanjikan eliminasi pencemaran kendaraan bermotor, sistem lain dapat membuahkan hasil yang sama dari pembangkit tenaga listrik: turbin angin, misalnya, dapat menghasilkan tenaga dengan biaya yang sama dengan batubara bahan bakar fosil yang paling murah dan paling kotor tetapi tanpa pencemaran udara sama sekali.
Potensi untuk mengurangi pencemaran udara dengan memasangkan alat pengendali pencemaran suatu pendekatan analog dengan penggunaan alat pengubah berkatalis pada mobil dapat dilihat dari sukses besar yang terjadi di Jerman. Di negara itu, pada 1980 dan 1981 masyarakat dikejutkan oleh "Waldsterben" atau kematian hutan. Karena merasakan adanya hubungan yang hampir mistis dengan hutannya, mulai dari Hutan Hitam sampai hutan-hutan Linden yang indah di Berlin, dan karena keyakinan bahwa pencemaran udara akan memusnahkan hutan-hutan tersebut, maka pemerintah Jerman memerintahkan pengelola pembangkit tenaga listrik untuk mengurangi emisi sampai 90 persen atau lebih dalam jangka waktu enam tahun. Program ini menelan biaya sekitar 21 miliar Deutschmark (12, 6 miliar dolar AS), tetapi mencapai hasil yang diharapkan, yaitu mengurangi emisi sulfur dioksida secara nasional sampai setengahnya.
Dalam proses ini, Jerman menjadi pelopor dunia dalam pembuatan sistem penggosok dan pengurangan katalis selektif ("selective catalyc reduction/SCR"), yang dapat mengurangi 90 persen atau lebih nitrogen oksida yang menyebabkan asap kabut dan hujan asam. Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik di Jerman telah ditingkatkan, dan efisiensinya meningkat sampai 12 persen. Di seluruh dunia, sistem penggosok telah dipasang atau sedang dibuat di sumber-sumber pembangkit tenaga, dengan menghasilkan daya listrik sebesar kurang lebih 104.500 megawatt, menurut Badan Energi Internasional.
Teknologi Baru
Sejumlah teknologi yang lebih ba baru menjanjikan pengurangan emisi cukup besar bila dibandingkan dengan sistem-sistem yang ada saat ini. Dengan beroperasi menggunakan zat hidrogen, beberapa temuan mutakhir ini bahkan dapat mencapai tingkat emisi nol, atau sangat mendekati nol, sampai selisihnya tak dapat diukur dengan piranti yang ada sekarang.
Bahkan bila dioperasikan dengan bahan bakar fosilpun, seperti gas alam, temuan-temuan itu masih mampu mencapai tingkat emisi nol untuk polutan-polutan tertentu, dan mendekati nol untuk beberapa jenis polutan lain.
Teknologi sumber daya stasioner ini meliputi: turbin putar gabungan ("combined-cycle turbines"). Turbin putaran gabungan yang dihidupkan dengan pembakaran gas ("gas-fired combined-cycle turbines") dapat membangkitkan tenaga listrik yang mengurangi pencemaran udara sebesar 50 sampai 99 persen bila dibandingkan dengan sumber-sumber pembangkit tenaga yang membakar batubara. (Dalam sistem putaran gabungan, bahan bakar digunakan untuk menjalankan dua turbin, satu mendapat daya dari gas pembakaran panas, lainnya dari uap suatu konsep yang serupa dengan penggunaan bensin untuk menghidupkan mesin mobil Anda, lalu menggunakan asap knalpotnya untuk menghidupkan mesin lain). Karena berbahan bakar gas alam, maka sistem ini tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida atau benda partikulat. Jika sistem ini dilengkapi dengan sistem pengendali pencemaran SCR yang canggih itu, maka emisi oksida nitrogen hanya sepersepuluhnya (atau kurang) dari emisi pembangkit tenaga yang lain.
Turbin Derivatif Pesawat Udara.
Sistem putaran gabungan seperti di atas dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk membuatnya, dan memakan biaya ratusan juta dollar. Untungnya, ada sistem lain yang lebih kecil dan lebih murah, yang dikenal dengan nama turbin derivatif udara karena turbin itu didasarkan pada mesin jet yang digunakan pada pesawat Boeing 747 dan pesawat-pesawat modern lain. Sumber pembangkit tenaga yang menggunakan turbin derivatif pesawat udara dapat dibangun dengan biaya lebih kecil, dan dalam waktu bulanan, tidak sampai bertahun-tahun. Lebih baik lagi, turbin-turbin itu secara teoretis dapat mengurangi pencemaran udara bahkan karbon dioksida yang sulit dikurangi sampai 20-90 persen lagi.
Sel Bahan Bakar.
Walaupun sel-sel bahan bakar (yaitu perangkat untuk mengubah bahan bakar menjadi listrik secara kimiawi, mirip baterai) baru saja memasuki pasaran, namun model-model mutakhirnya dapat mencapai efisiensi sekitar 40 persen lebih dari dua kali lipat tingkat efisiensi mesin mobil rata-rata, dan jauh lebih tinggi daripada pembangkit tenaga listrik konvensional. Sekali lagi, karena sel-sel itu beroperasi dengan menggunakan gas alam atau bahan bakar yang bersih lainnya, maka emisi sulfur dioksida dan benda-benda partikulatnya nol. Lebih jauh sel-sel bahan bakar ini sangat ringkas beberapa di antaranya tidak lebih besar daripada mesin foto kopi selebar meja dan boleh dikatakan tak bersuara, sehingga sel-sel ini dapat dibangun di tengah-tengah perkantoran, pabrik, bahkan rumah.
Baik turbin derivatif pesawat udara maupun sel bahan bakar dapat diperluas kegunaannya dalam penggunaan gabungan panas dan tenaga sehingga energi tidak terbuang sia-sia, melainkan dapat digunakan untuk menghangatkan atau mendinginkan ruangan, atau membangkitkan tenaga uap untuk pengoperasian proses industri. Efisiensi total meningkat sampai 80 atau bahkan 90 persen, hampir tiga kali tingkat efisiensi saat ini, dan dengan demikian pencemaran pun menurun.
Sistem-sistem baru ini kini dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan terbesar dan paling canggih di dunia. Turbin putaran gabungan, misalnya, ditawarkan oleh General Electric dan Siemens. Pembangkit tenaga yang menggunakan sistem putaran gabungan ini bersama dengan cara-cara baru mengubah batubara menjadi gas, dan dengan demikian menghilangkan sebagian besar pencemaran, antara lain adalah Asea Brown, Boveri, Shell, Lurgi, dan Texaco. Pembuat sel bahan bakar atau peralatan yang terkait misalnya adalah United Technologies, Fuji Electric, Westinghouse, Siemens dan Toshiba.
Turbin angin dengan tingkat pencemaran nol yang membangkitkan tenaga listrik dengan biaya sama atau kurang daripada batubara dapat dibeli dari US Windpower dari Livermore, California, sedangkan sel tenaga matahari dijual oleh lebih dari selusin perusahaan, termasuk antara lain Siemens Solar, Accurex, Solarex, dan Texas Instruments.
Banyak negara kini memerintahkan atau menggalakkan penyebaran temuan teknologi ini untuk mengurangi pencemaran udara. Belgia dan Inggris telah menggunakan turbin angin, sedangkan Jerman dan Jepang tengah mengembangkan fotovoltaik tenaga matahari. Gedung pembangkit tenaga yang menggunakan sistem putaran gabungan lanjut bersamaan dengan sistem SCR kini tengah dibangun di Jepang dan AS, sedangkan sel bahan bakar pra-komersial digunakan di California, Jepang, Jerman, dan Belanda. Sementara itu minat untuk mengurangi pencemaran melalui pendekatan yang berbeda mencegah pencemaran melalui berbagai cara juga semakin meningkat.
Pencegahan Pencemaran
Pakar ekonomi AS, Robert Hamrin, menyebut pencegahan pencemaran sebagai "daya paling penting untuk membuat industri America mempertimbangkan kembali dan mengubah proses produksi dan manajemen". Sejak pertengahan 1990 hampir dua dari tiga perusahaan mengatakan mereka telah mencanangkan tindakan-tindakan lingkungan yang penting. Perusahaan 3M, misalnya, telah menghemat 530 juta dollar AS sejak 1975, ketika perusahaan itu mulai menerapkan program "3P" (Pollution Prevention Pays) yang artinya "mencegah pencemaran itu menguntungkan".Perusahaan bahan kimia itu telah mencegah lebih dari 575.000 ton pencemaran. Dari kasus suatu perusahaan, semboyan "pencegahan pencemaran menjadi gaya hidup", sangat meningkatkan keuntungan dan daya persaingan perusahaan tersebut.
Di salah satu pabrik farmasi 3M di California, penggantian pelapis tablet berbahan dasar pelarut menjadi berbahan dasar air telah menghemat 120.000 dollar AS setahun, dan sekaligus juga mengurangi pencemaran udara. Di pabrik Du Pont di Beaumont, Texas, misalnya, suatu program pencegahan pencemaran mengurangi emisi udara kurang lebih 27 juta kilo setahun, sekaligus menghemat hampir 1 juta dollar AS biaya produksi tahunan. Kira-kira 1.200 perusahaan di AS secara sukarela menyatakan akan mengurangi hampir 160 juta kilo dari 17 jenis zat kimia terpenting.
Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) membuktikan bahwa banyak perusahaan layanan masyarakat di AS adalah mitra yang antusias dalam program-program untuk mengurangi pencemaran dengan cara menekan permintaan listrik. Karena biaya pembangunan (konstruksi) dan modal terus melonjak, perusahaan layanan masyarakat itu menjadi semakin tertekan untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat melalui konservasi, yang biasanya disebut "pengelolaan sisi permintaan" ("demand-side management/DSM"). Dari perspektif lingkungan, DSM hanya merupakan cara lain untuk menghentikan pencemaran dengan cara mencegahnya sejak awal. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan layanan masyarakat tersebut dan para pelanggan mereka, DSM sangat populer karena tampaknya semua pihak menang.
Suatu kasus yang penting adalah pabrik General Foods di Framingham, Massachusetts, yang memproduksi kurang lebih 76 juta liter es krim setiap tahun. Sebagai konsumen listrik Boston-Edison urutan ke-55 terbesar, ukuran, usia, dan ketakefektifan pabrik tersebut membuatnya menjadi sasaran utama program "Kemitraan Efisiensi Energi" dari perusahaan layanan masyarakat. Dalam program itu, Edison membantu perusahaan memperbaiki dan memodernisasi perangkat peralatan, dan dengan demikian mengurangi konsumsi energi mereka. Karena hukum negara bagian mengizinkan perusahaan Edison untuk meminta ganti pembayaran program seperti itu ditambah keuntungan (dengan sedikit kenaikan harga), maka perusahaan layanan masyarakat itu dapat menarik keuntungan dari daya listrik yang tidak terjual yang disebut dengan "negawatt".
Edison juga membantu perusahaan Kraft untuk mengembangkan suatu program modernisasi yang komprehensif, mencakup perangkat pendingin tanpa freon, motor yang sangat efisien untuk perangkat pasteurisasi dan homogenisasi, serta suatu sistem pencahayaan dengan bola lampu hemat energi dan kendali pencahayaan. Perangkat-perangkat ini mengurangi konsumsi energi sepertiganya, dan dengan potongan harga Edison, perusahaan tersebut membayar program modernisasi seharga 3,6 juta dollar AS itu dalam waktu 2 tahun. Ini merupakan suatu kasus di mana semua pihak menang. Tindakan penghematan energi ini dapat memperoleh kembali seluruh modalnya dalam dua tahun, dan setelah itu mulai "mencetak" uang bagi Kraft. Boston-Edison juga menghemat uang karena mereka dapat menghindari dibangunnya suatu pabrik pembangkit tenaga yang baru dan mahal. Lingkungan juga diuntungkan karena pencemaran udara dan air secara besar-besaran dapat dicegah. Kisah-kisah seperti ini terus dikumandangkan di AS, dan bukan hanya mengenai layanan kelistrikan, tetapi jauh melebihi itu.
Sistem Berdasarkan Pasar
Akhir-akhir ini, usaha pencegahan pencemaran berfokus pada sasaran seluruh segmen ekonomi AS, dengan nama-nama yang semarak, seperti "Golden Carrot" dan "Green Light". Semuanya itu menuntut kecerdasan orang Amerika untuk menciptakan produk yang lebih bersih, lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah dan juga mengurangi pencemaran udara dalam proses pembuatannya. "Green Light" diluncurkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS di tahun 1991 untuk mengurangi pencemaran dengan cara menghemat energi untuk penerangan. Perusahaan patungan, perusahaan layanan masyarakat, dan mitra kerja Pemerintah bersama-sama menandatangani kontrak dengan EPA di mana mereka sepakat untuk memperbarui dan memperbaiki 90 persen dari penerangan mereka dalam kurun waktu lima tahun setelah penandatanganan kontrak. Karena penerangan memakan kurang lebih satu dari lima kilowatt listrik yang dikonsumsi di AS, penurunan sedikit saja mampu mengurangi sejumlah besar pencemaran udara dan air.
Dalam waktu kurang dari dua tahun, EPA telah menghimpun lebih dari 650 partisipan, termasuk banyak perusahaan AS terbesar, mewakili hampir 279 juta meter persegi ruang kantor sekitar 3 persen dari jumlah ruang kantor secara nasional. Para partisipan diharapkan mengurangi penggunaan listrik mereka sebesar 12 miliar kilowatt jam per tahun, dan dengan demikian menghemat 870 juta dollar AS. Perusahaan Gilette, misalnya, memasang perlengkapan baru pada 4.650 meter persegi fasilitasnya di California, dan menghemat 61 persen dari tagihan energinya. EPA memperkirakan bahwa menjelang tahun 2000, setidaknya 4,65 miliar meter persegi ruang fasilitas AS akan diperuntukkan bagi program pencahayaan yang hemat energi, menghindari emisi jutaan karbon dioksida, sulfur dioksida, dan oksida nitrogen.
Keberhasilan Green Lights telah menyebabkan timbulnya program-program "berdasarkan pasar" yang lain. Salah satunya adalah "Energy Star Computer", yang berusaha menciptakan pasar bagi komputer yang daya listriknya secara otomatis akan "melemah" jika komputer tidak digunakan; suatu teknologi yang awalnya digunakan untuk komputer laptop. Temuan teknologi ini boleh dikatakan tak menambah harga komputer ini, tetapi dapat menghemat konsumsi listrik sebesar 80 persen. Karena komputer saat ini menggunakan kurang lebih lima persen dari penggunaan listrik komersial, maka pengurangan ini bukanlah prestasi kecil. Program Energy Star telah terbukti begitu populer sehingga mungkin akan menjadi standar industri de facto.
Barangkali program berdasarkan pasar yang paling imajinatif adalah "Golden Carrot". Dalam program ini sejumlah perusahaan layanan masyarakat dan pemerintah mengumpulkan dana untuk menawarkan hadiah sebesar 30 juta dollar AS kepada perusahaan yang dapat memproduksi massal lemari es rumah tangga yang bebas CFC dan superefisien. Karena lemari es mengkonsumsi 20 persen dari seluruh daya listrik AS, dan mencapai sepertiga penggunaan listrik di rumah tangga, penghematan yang dapat dicapai dengan produk ini amat besar.
Perusahaan Whirlpool memenangkan kompetisi ini, dan kini perhatian mulai dialihkan pada penerapan pendekatan ini terhadap pompa air, mesin cuci, dan produk-produk lain yang padat energi.

PENUTUP
Kesimpulan
  1. Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai ”masuknya atau terdapatnya zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain kedalam udara sehingga menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas udara sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya”.
  2. Dari beberapa kota-kota besar yang ada di Indonesia, enam di antaranya yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekanbaru dinyatakan memiliki tingkata pencemaran udara paling tinggi.
  3. Penyebab pencemaran udara dapt dibedakan menjadi 2 yaitu karena faktor internal seperi debu, hasil letusan gunung berapi dan faktor eksternal seperti kemajuan teknologi dan industrialisasi. Hal-hal yang terkait dengan pencemaran udara diantaranya adanya zat pencemar atau polutan ( CO, NOx, Sox, hidrokarbon, partikulat), hujan asam, penipisan lapisan ozon, perubahan iklim dan pemanasan global.
  4. Pencemaran udara berdamapak pada berbagai mmakhluk hidup yang ada di muka bumi. Bagi manusia, pencemaran udara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan serta dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global. Selain itu, emisi gas-gas tertentu dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada beberapa jenis tumbuhan.
  5. Upaya untuk mengurangi dampak pencemaran udara daapt dilakukan secara teknis maupun non-teknis
Saran
  1. Hendaknya pemerintah menggalakkan penyuluhan terhadap masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan.
  2. Hendaknya jajaran pemerintah memberikan contoh kongkrit kepada masyarakat tentang cara menjaga lingkungan sebagai wujud dari partisipasi aktif aparat.

Daftar Pustaka

Anonim. 2006. Pencemaran Udara pada Lingkungan Hidup Sekitar Kita - Gas Beracun CO, CO2, NO, NO2, SO dan SO2 yang Merusak Kesehatan Manusia (online). http://www.walhi.or.id/ . Diakses tanggal 19 Februari 2008.


Anonim tanpa tahun. Penyebab Pencemaran (online).
http://www. pencemaranimage. com. Diakses tanggal 26 Februari 2008.

Bodi. 2001. Pencemaran Udara dari Asap Knalpot Bus Kota di Jakarta, 1996 (online). www.tempo.co.id. Diakses tanggal 26 Februari 2008.

Kabinawa, Nyoman. 1991. Pencemaran Linkungan dan Upaya Penanggulangannya. Majalah Amerta No. 4 Vol. 5


Pohan. Tanpa tahun. Pencemaran Udara dan Hujan Asam (online). http://www.dampakpencemaranudara.com. Diakses tanggal 26 Februari 2008.

Ryadi, Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan Dimensi dan Tinjauan Konseptual. Surabaya: Usaha Nasional

Suban, Alex. Tanpa tahun. Udara Bersih, Hak Asasi yang Lenyap (online). http:www. pencemaranimage. com. Diakses tanggal 26 Februari 2008.

Sugito. 1993. Deposisi Asam: Suatu Masalah pencemaran Udara. Majalah Wahana Edisi 4-11/November/TH V.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews