Sebagian orang mulai skeptis, mengatakan bahwa pada zaman sekarang ini sudah tidak ada lagi orang kebal, tetapi mereka meyakini bahwa ilmu kebal itu memang ada.
Membahas ilmu kebal, ingatan saya melayang ke masa 20 tahun silam. Saat itu, saya berdomisili di Jakarta dan banyak belajar ilmu kebal dari Banten. Saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang senang mengamati sekaligus mempelajari mistik, tetapi dalam segala hal, tetap mengedepankan logika.
Karena itu, ketika saya menyaksikan orang belajar ilmu kebal dan melakukan uji coba kekebalan, saya justru memperhatikan apakah golok yang digunakan itu benar-benar tajam dan memperhatikan cara memukulkan golok itu pada anggota badan.
|
Ternyata, dalam uji coba ilmu kebal itu ada sisi ilmiahnya. Yaitu, senjata (golok, samurai atau pedang) yang digunakan, ketajamannya tidak maksimal (tumpul) dan cara memukulkan dengan cara membacok (tidak menggores) dan anggota tubuh yang dijadikan sasaran pun yang berdaging tebal, seperti lengan, paha, punggung dan perut.
Yang pasti, saya belum pernah melihat uji coba ilmu kebal dengan membacok sasaran anggota badan yang tidak berdaging, misalnya dengan golok yang benar-benar tajam dan sasarannya pun pada bagian kepala (jidat), tulang tangan atau tulang kerik yang hanya terdiri dari kulit dan tulang.
Memperhatikan hal itu, siapapun boleh tersenyum ketika melihat orang pamer ilmu kebal jika yang dilakukan hanya sebatas membacok saja. Namun demikian, dalam kondisi tertentu ilmu kebal (terkadang) terbukti. Baik disaat menghadapi bahaya maupun dalam ujicoba yang disertai keyakinan yang tinggi.
Terkadang Oke Juga
Namun demikian, sesekali saya menemui fungsi ilmu kebal yang sulit diterima akal. Misalnya, saya pernah menyaksikan penjahat yang tertangkap basah. Saat dihajar massa, ia tetap tenang dan senyum-senyum. Dan setelah seluruh pakaiannya dilucuti, didalamnya ditemukan jimat. Ketika jimat itu dilepas, penjahat itu jatuh tersungkur dan berdarah saat dipukul
Namun demikian, sesekali saya menemui fungsi ilmu kebal yang sulit diterima akal. Misalnya, saya pernah menyaksikan penjahat yang tertangkap basah. Saat dihajar massa, ia tetap tenang dan senyum-senyum. Dan setelah seluruh pakaiannya dilucuti, didalamnya ditemukan jimat. Ketika jimat itu dilepas, penjahat itu jatuh tersungkur dan berdarah saat dipukul
Ini menunjukkan bahwa keberadaan dari jimat atau ilmu kebal itu tidak dapat kita tolak. Tetapi, saya termasuk golongan yang meyakini bahwa hampir 90% ilmu kebal itu bersifat defensif atau bertahan yang hanya berfungsi maksimal jika pemiliknya sedang terdesak bahaya.
Sikap itu didasari pada pengalaman pribadi selama hampir 20 tahun mengamati dan sesekali mencicipi ilmu kebal. Misalnya kisah alm. Gus Maksum Jauhari dari Lirboyo Kediri. Gus Maksum mengatakan, pada zaman pergolakan komunis dulu, Gus Maksum sering dihajar dengan pedang tajam, namun beliau tidak terluka dan hanya terdengar suara benturan antara pedang dengan tubuhnya. Gus Maksum mengaku saat itu tidak merasa sakit. Namun ia mengatakan, jika dalam keadaan biasa (tidak ada bahaya), jangankan dibacok dengan pisau kecil, dicubit pun kulitnya berdarah.
Kompromi antara pendapat yang mengatakan ilmu kebal itu dapat dicoba setiap saat dan pendapat yang menolaknya adalah :
- Ilmu kebal dapat dicoba jika hatinya mantap. Tidak ada perasaan ragu-ragu. Keyakinan harus 100%. Kurang 1% saja bisa gagal. Hati harus terjaga dari sifat riya’ (pamer) dan takabur.
- Pelaku uji coba harus orang yang bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ilmunya. Tetap menjalani tirakat kemudian mengasah ilmunya secara konsisten (istiqamah), melalui puasa, wirid dan menjauhi pantangannya.
- Kuatnya laku menyebabkan adanya “energi tumpah” akibat terus diisi ulang (repitisi) ditambah lagi dengan konsisten bersikap familiar dengan ilmu dan rambu-rambu ilmu yang dipelajarinya.
Bagaimana Cara Mempelajarinya?
E-book ini dapat dipelajari secara mandiri. Kami akan mengirim ebook tersebut setelah Anda melakukan transfer Rp. 300.000,- Kirim ke : atas nama : MASRURI
E-book ini dapat dipelajari secara mandiri. Kami akan mengirim ebook tersebut setelah Anda melakukan transfer Rp. 300.000,- Kirim ke : atas nama : MASRURI
- Nomor Rekening : 098 004 2219 - BCA Cabang Pati. : 098 004 2219 atau
- Nomor Rekening : 135 000 4566 806 - Bank Mandiri Cabang Pati.
Setelah Anda menerima e-book, silakan simak isinya dan kami akan membimbing Anda jarak jauh atau untuk lebih mantab lagi silakan datang langsung ke alamat kami. Untuk bimbingan atau konsultasi secara langsung tidak dikenakan tarif. Untuk sekali transaksi Anda mendapatkan ketiga tingkatan dalam hizib maghrobi.
PASTIKAN ANDA MEMPEROLEH E-BOOK DARI ORANG YANG JELAS KAPASITAS & IDENTITASNYA. JIKA ANDA MEMPEROLEH DARI SUMBER YANG TIDAK JELAS, BERSIAPLAH UNTUK KECEWA KARENA ANDA TIDAK DAPAT KONSULTASI DISAAT MENEMUI SEBAGIAN ISI E-BOOK YANG SULIT DIPAHAMI.
0 komentar:
Posting Komentar