This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.
Jumat, 17 Oktober 2014
Kebahagiaan Untuk Sahabatku
Jumat, Oktober 17, 2014
XI IPA 3 ELCLASSIGA
No comments
Takut…
Semua orang pasti merasa takut…!!
Tapi pernakah kita merasa takut untuk kehilangan…?
Yaa.. mungkin sebagian banyak orang sangat takut yang namanya kehilangan, apalagi kehilangan seseorang yang berarti untuk kita!
Sama sepertiku, aku kehilangan sosok sahabat yang sangat istimewa bagiku, dan entah kapan aku dapat bertemu dengannya lagi!
Pagi ini langit begitu cerah ketika cahaya matahari terlihat bersinar dari ufuk timur. Namaku Olivia Putri salah satu murit kelas XI-IPA SMA Nusa Bangsa.
“Oliv” sapa marsya saat aku sampai di gerbang sekolah.
Marsya adalah sahabat baruku sekaligus teman sebangkuku di SMA ini sejak kelas 1 dan kebetulan kami sama-sama masuk kelas IPA.
“Eh Marsya, baru datang?” jawabku membalas sapaannya.
“Iya, ke kelas yuk?” ajaknya.
Kemudian kami pun berjalan melewati koridor-koridor sekolah menuju kelas.
Sekolahku lumayan besar dengan bercat tembok berwarna hijau, dengan tanaman gantung di setiap luar kelas yang berjejer rapi. Di samping gedung terdapat lapangan basket yang memisahkan antara gedung 1 dengan gedung 2 serta di belakang gedung terdapat taman kecil dengan beraneka ragam bunga berwarna warni. Begitulah sekolahku, tempat dimana harus aku datangi tiap hari untuk menuntut ilmu.
Setelah selesai pelajaran, Marsya mengajakku ke Balkon sekolah, kami duduk di sudut balkon sambil minum segelas es teh. Aku terkejut ketika marsya menepuk pundakku.
“Liv, kok bengong?” ucapnya.
“Ahh.. Marsya ngagetin aja…!
“Habisnya kamu bengong melulu, ntar kesambat lho”
“Aku sedang memikirkan sesuatu!”
“Memang apa yang kamu pikirkan?”
“Teman SMP ku dulu, saat SMP aku punya sahabat namanya Velisa, namun aku tidak tahu sekarang dia dimana.”
Aku bercerita kepada Marsya dimana awal aku mengenal Velisa.
Saat itu aku pergi ke toko buku bersama kakakku, namun saat pulang hujan begitu deras sehingga kami berdua kehujanan. Namun tiba-tiba seorang gadis kecil menawarkan sebuah payung dan dia adalah Velisa.
“Payung kak?” ucapnya
Kakakku menerima tawarannya, mengambil payung tersebut dan menggunakannya bersamaku untuk berjalan menuju halte. Sementara Velisa mengikuti kami dari belakang. Aku memperhatikannya, rambutnya yang panjang tergerai basah akibat air hujan begitu juga dengan bajunya, namun dia tetap tersenyum. Setelah sampai di halte kakakku mengeluarkan uang 10.000an dari sakunya dan memberikannya kepada Velisa.
“Maaf kak tidak ada kembaliannya” ucap Velisa
“kembaliannya buat adek saja” jawab kakaku
“terima kasih kakak” ia tersenyum menerima uang itu, kemudian pergi meninggalkan kami.
Aku merasa iba melihatnya bahwa gadis seumuran dia yang juga seumuranku harus bekerja menjadi ojek payung untk mendapatkan uang.
Aku tidak menyangka bahwa keesokan harinya aku bertemu kembali dengan Velisa. Saat itu adalah hari pertama kali aku menjadi siswi SMP, Velisa tersenyum padaku.
“kakak yang kemarin itu kan? namaku Velisa” ucap velisa memperkenalkan diri.
“iya, aku Oliv” jawabku kemudian.
Sejak saat itu aku bersahabat dengan Velisa kemanapun selalu bersama. Velisa mendapatkan beasiswa karena 3 kali berturut turut menang dalam lomba cerdas cermat, sehingga dia mendapatkan beasiswa dari sekolah SMP ku dulu. Namun saat kita hendak naik kelas 3 sekolahku tidak dapat memberikan bantuan lagi sehingga Velisa terpaksa harus berhenti sekolah karena beasiswanya dicabut.
Secara tidak sadar aku pun meneteskan air mata menceritakan itu semua kepada Marsya. Dan sejak saat itulah aku kehilangan dia.
Marsya tertegun mendengar ceritaku, sesaat dia terdiam kemudian bertanya.
“apa kamu tidak tahu rumahnya?”
“hmm Velisa pernah bercerita kalau dia tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda namun aku tidak tahu tempatnya dimana.
“emm.. bagaimana kalau kapan-kapan kita cari tahu tempat Panti Asuhan Kasih Bunda itu? Nanti aku bantu”
“serius kamu?”
“iyalah”
“tapi aku tidak tahu Alamatnya!”
“maka dari itu kita coba cari alamatnya, kita kan bisa Tanya”
“ya sudah kalau kita libur saja ya.. kita cari tahu”
“siip”
Keesokan harinya…
Angin sepoi-sepoi saat aku berangkat sekolah dan mendung tampaknya semakin gelap hingga sinar matahari tak mampu menerangi bumi namun tetap membuatku semangat untuk pergi ke sekolah. Hari ini ada praktek biologi untuk kelasku.
KRRIIINNGG…!!!
Bel tanda masuk berbunyi, semua murid kelas XI-IPA menuju laboratorium IPA. Bu Felin guru Biologi kami pun memasuki laboratorium dan memulai pelajarannya. Beliau menjeaskan sedikit materi tentang Mikroskop sebelum melakukan percobaan. Aku berusaha berkonsentrasi mendengarkan penjelasannya. Setelah itu Bu Felin membagi preparat dan lembar kerja kepada setiap siswa. Aku pun mulai mengerjakannya dengan mencari fokus cahaya dan meletakkan lensa obyektif di tengah daerah padang, membuka diafragma dan mengukur cermin cekung kemudian meletakkan preparat di meja benda dan menjepitnya. aku melihatnya melalui lensa okuler serta menyesuaikan pembesaran sehingga bayangan benda preparat tampak jelas setelah itu menggambar sel dan jaringan yang ada di mikroskop tersebut. Setelah selesai aku mengumpulkan lembar kerjaku kepada Bu Felin.
Hujan begitu deras saat aku berada di dalam kelas, terdengar bunyi hujan yang menampar-nampar kaca jendela. Aku berdiri disana memandang keluar jendela dan memperhatikan setiap tetes air hujan yang jatuh. Yang entah mengapa membuatku teringat kembali dengan Velisa. Velisa pernah bilang:
“hujan itu adalah anugerah”
Karena pada saat hujanlah dia bisa memperoleh penghasilan/uang yang bisa dia tabung untuk kebutuhannya kelak agar menjadi orang sukses dan bisa membahagiakan Ibu Muslimah orang yang selama ini mengasuh serta mendidiknya sejak kecil. Bahwa sesusah apapun hidup jangan pernah meminta-minta karena lebih baik kita mencari pekerjaan halal lain selain meminta.
Aku belajar banyak dari Velisa bagaimana cara memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Agar tetap tersenyum meski duka meraja. Aku sangat bangga padanya bagaimana dia berjuang dengan kesederhanaan hidup untuk meraih cita-citanya.
1 hal yang perlu kita tanam pada diri kita adalah:
Jangan menjadi seseorang yang pantang menyerah dan jangan pesimis hanya karna mendengar pendapat buruk orang di sekitar kita bahwa kita juga harus yakin apa yang terbaik untuk kita dan jangan pernah takut untuk mengambil keputusan. Karena hidup kita ada di tangan kita.
Cahaya matahari terasa menyengat menembus kaca jendela kamarku saat aku terbangun. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Hari ini aku berencana ingin pergi ke pasar Blauran. Aku mengenakan T-Shirt lengan pendek biru muda dan sweater serta celana jins warna hitam. Aku mengambil dompet dari dalam lemari dan memasukkannya ke dalam tas putih kecil, kemudian menyelempangkanya ke bahu. Setelah semua siap aku mengambil kunci motorku dan bergegas untuk berangkat. Hari ini cuaca begitu cerah berbeda dengan kemarin.
Sesampainya di sana aku melihat-lihat beraneka macam barang yang di jual mulai dari Baju, Tas, Sepatu, Accessories dan lain lain. Namun aku tertarik dengan salah satu kios yang menjual beraneka macam Accessories terbuat dari kain flannel seperti Bross, Jepit. Bando, Dompet, Sandal dan ada juga Souvenir.
“ada yang bisa saya bantu?” ucap seseorang saat aku berada di depan kios tersebut, namun sepertinya aku mengenalinya dia…
“Velisa!” ucapku padaya
‘Olivia ya?” jawabnya
“velisa kamu apa kabar” tanyaku seraya memeluknya dia pun membalas pelukanku.
“kabarku baik kamu sendiri gimana?”
“aku juga baik”
Dan tanpa terasa aku pun meneteskan air mata, aku tidak menyangka bahwa akan menemuinya disini. Aku segera menghapus air mataku kemudian melepas pelukanku.
“Velisa aku benar-benar merindukanmu”
“aku juga Oliv tidak ada sahabat yang sepertimu” ucapnya.
“kamu jualan disini”
“iya, kamu mau mencari apa datang kesini?”
“sebenarnya aku berniat untuk jalan-jalan saja cari kesibukan”
“ohh gitu, bagaimana kalau kamu mampir dulu ke kiosku kita ngobrol-ngobrol?”
“ide bagus”
Aku pun masuk ke dalam kios dimana ia berjualan, tempat yang menjual barang dari kain flanel itu tadi.
“emm… ini semua kamu yang buat?” tanyaku sambil melihat-lihat Accessories dari kain flannel itu
“ohh barang-barang ini, iya dibantu sama anak panti lainnya”
“jadi kamu masih tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda?”
“iya, kamu sekolah dimana sekarang”
“di SMA Nusa Bangsa”
“ohh yang di jalan Parung itu kan?”
“iya, kok kamu tahu?”
“aku sering order pesanan disana”
“ohh jadi kamu menerima pesanan juga?”
“iya kamu tahu kan dulu waktu SMP aku menjadi ojek Payung? uang dari hasil ojek Payung itu aku tabung kemudian aku belikan bahan-bahan seperti kain flannel, lem dan sebagainya. Awalnya aku menjualnya hanya keliling-keliling di pasar-pasar saja, dan Alhamdulillah hasil dari jualan tersebut bisa aku gunakan untuk menyewa kios disini”.
“wahh kamu hebat Velisa, bisa menjadikan usaha kecil menjadi besar begini!”
“tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha Oliv, awalnya aku juga ragu namun ibu Muslimah dan anak panti yang lain selau menyemangatiku. Aku juga berfikir kalau nanti aku menyerah bagaimana dengan nasib Panti Asuhan yang terancam tutup ini?”
“terancam tutup?”
‘iya Panti Asuhan kami memang kecil dan jarang dipandang oleh Donatur-donatur dari luar sehingga kita harus memanfaatkan apa yang ada dengan sebaik-baiknya”.
“aku benar-benar kagum padamu Velisa”
“kagum..?” velisapun tertawa
“aku bukan orang hebat/artis terkenal Oliv, untuk apa kau mengagumiku?, hahaha kamu ini lucu!”
Sesaat kami pun terdiam
“oh iya, ngomong-ngomong bagaimana dengan sekolahmu sekarang?” tanyanya memecah keheningan.
“biasa aja” jawabku
“biasa bagaimana?”
“ya begitu tidak ada yang menarik”
“hmm.. pastikan banyak suasana baru dan teman baru juga!”
iya memang, aku punya sahabat disana namanya marsya dia anaknya baik, kapan-kapan aku kenalin deh”
“ohh boleh-boleh seklian nambah teman”
“oke”.
Aku mengobrol banyak dengan Velisa sampai tidak terasa hari pun sudah sore.
“sudah sore, sepertinya aku harus pulang”
“ohh ya sudah, sering-sering main kesini yaa?”
“pasti, oh yaa boleh tidak aku minta Alamat panti asuhan tempat kamu tinggal?”
“tentu”
Velisa mengambil sesobek kertas dan pulpen kemudian menuliskan alamat dan memberikannya padaku.
“terima kasih, aku pulang dulu ya!”
“iya hati-hati di jalan”
“tentu, Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasa dengan mengendarai motorku. Aku bercerita kapada Marsya tentang kejadian kemarin, kalau aku bertemu dengan Velisa serta sudah mendapatkan alamat panti asuhan tempat Velisa tinggal.
Aku dan Marsya mempunyai rencana bahwa ingin mengusulkan acara pentas seni serta bakti sosial pada saat acara hari ulang tahun sekolah 1 bulan lagi. Kemudian kami pun mengusulkannya kepada ketua osis dan ketua osis pun setuju untuk menyampaikannya kepada bapak kepala sekolah. Jadi hanya tinggal menunggu keputusan dari kepala sekolah. Dan tampaknya kepala sekolah pun setuju dengan ide kami. Karena acara ini sangat bermanfaat selain dapat membantu orang lain namun juga akan mengangkat nama baik sekolah dan sekolah akan di pndang baik oleh masyarakat, karena siswa-siswi SMA Nusa Bangsa masih peduli tehadap masyarakat kurang mampu dan dapat berperan aktif dalam kegiatan bakti sosial.
1 bulan telah berlalu, dimana hari ulang tahun SMA Nusa Bangsa pun semakin dekat. Semua anggota osis sibuk mempersiapkannya seluruh siswa-siswi SMA Nusa Bangsa diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dengan membayar sebesar Rp. 20.000 rupiah dimana uang tesebut akan di gunakan untuk mengundang bintang tamu untuk memeriahkan acara tersebut. Agar masyarakat tertarik untuk menyaksikan acara ini semua Ekstrakulikuler juga akan ditampilkan sebagai pengisi acara. Di samping itu bapak kepala sekolah juga telah menyediakan tiket masuk untuk orang luar (bukan warga SMA Nusa Bangsa) dengan harga Rp. 15.000 per tiket. Dimana hasil dari penjualan tiket tersebut akan di gunakan untuk membantu panti asuhan kasih bunda.
Acara yang ditunggu-tunggupun telah tiba sekolah mengundang SID sebagai bintang tamu dan ternyata banyak yang tertarik untuk menyaksikan penampilan dari SID terutama para fans-fansnya. Tiket juga terjual habis, acara pensi sekolah serta bakti sosial berjalan dengan sukses dan lancar. Dan dana untuk membantu panti asyhan kasih bunda juga telah terkumpul.
Keesokan harinya kepala sekolah SMA Nusa Bangsa didamping oleh waka kesiswaan serta ketua osis mengunjungi panti asuhan Kasih Bunda. Aku dan Marsya juga diajak karena kami yang telah mengusulakan ide ini. Sekaligus yang mengerti dimana tempat panti asuhan kasih bunda.
Kami pun tiba di halaman panti asuhan tersebut. Sebuah rumah putih yang tidak begitu besar namun sangat nyaman. Halamannya memang cukup luas di Tanami oleh berbagai macam bunga-bunga. Dan disana ada sebuah papan yang bertuliskan Panti Asuhan Kasih Bunda.
Seorang ibu berusia kira-kira 40 tahunan menyambut kami, sepertinya beliau yang bernama ibu Muslimah.
“assalamualaikum” pak Deni kepala sekolah kami memulai pembicaraan
“waalaikumsalam, mari silakan masuk” jawab ibu tadi, beliau mempersilakan kami untuk duduk di ruang tamu.
“maaf ibu sebelumnya, saya pak deni kepala sekolah dari SMA Nusa Bangsa. Kalau boleh saya tahu apa benar ibu pengurus panti asuhan ini?”
“iya pak benar, saya ibu Muslimah sebelumnya ada keperluan apa sehingga membuat bapak datang kemari?”
“begini bu, kami warga SMA Nusa Bangsa menyelenggaraka acara bakti sosial yang di adakan kemarin. Acara ini sengaja kami adakan untuk membantu masyarakat kurang mampu. Yang kebetulan anak didik kami mengusulkan untuk memberikan dana dari Acara bakti sosial kepada panti asuhan ini, mungkin jumlahnya tidak banyak tetapi mohon ibu terima.”
Pak Deni memberikan amplob berwarna coklat kepada ibu Muslimah. Seketika bu Muslimahp un meneteskan air mata menerima amplop tersebut.
“maaf, ibu tidak apa-apa”
“tidak pak saya hanya terharu, karena selama ini belum pernah ada donator yang melihat bahkan membantu Panti Asuhan ini”
“semoga uang ini bermanfaat bagi ibu”
“terima kasih pak”
“kalau begitu saya ijin untuk pamit karena tidak dapat berlama-lama disini”
“sekali lagi terima kasih pak”
“sama-sama ibu, Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Kemudian kami pun kembali unuk ke sekolah. Aku melihat Velisa tersenyum padaku sebelum mengampiri ibu Muslimah.
Terimakasih Velisa karena selama ini mengajariku Arti Hidup. Sekarang aku mengerti, Seburuk apapun hujan masih akan ada pelangi setelahnya.
Cerpen Karangan: Dian Permata Sari